Akibat ‘PAYLATER’, Banyak Kaum Muda Terjerat Hutang Paylater
7 min read
pinjaman, pengguna layanan paylater
Heliospost.com – Karena Pemahaman yang rendah akan resiko dari paylater, ditambah resiko kegagalan membayar yang lemah telah membuat fitur (BNPL) Buy Now Pay Later menjadi jerat hutang yang melilit leher kaum muda, kata seorang peneliti dari Institute for Development of Economic Studies (Indef), Nailul Huda.
Fitur paylater yang akhirnya membuat kaum muda gagal bayar sudah sangat sering menjadi pembahasan Di media sosial.
cukup banyak pengguna Twitter yang membagikan screenshot tagihan paylater yang membuat kaum muda merasa “sesak” untuk membayarnya.
Survei yang telah dilakukan oleh Insight Center dan Kredivo terhadap lebih dari tiga ribu responden pada Maret 2021 yang menunjukkan jumlah pelanggan baru paylater telah meningkat 55% selama pandemi.
Karena mudahnya melakukan pinjaman, pengguna layanan paylater atau Bayar Nanti mengaku “bablas” dan akhirnya terjebak pada Hutang yang cukup banyak.
Menurut Nailul, mengutip data dari OJK, karakter para pengguna yang cukup sulit untuk membayar tunggakan kredit sebagian besar adalah anak muda.

Karakter peminjam paylater yang sekarang sering macet jadi lebih tinggi, soalnya mayoritas dan kebanyakan yang Minjem itu masih anak-anak yang belum dewasa usianya saja masih dibawah 19 tahun.
“Paylater itu gampang buat pakainya, bisa online juga, kebanyakan sekarang lebih sering minjam online meski belum punya gaji tetap.”
Fitur paylater adalah seperti ini, hingga pada akhirnya menjadi sebuah alternatif bagi masyarakat yang “tidak bankable” untuk tetap bisa melakukan kredit.
Apalagi di tambah dengan kolaborasi antara penyedia layanan multifinance dan P2P lending yang kini telah berkolaborasi dengan sangat banyak e-commerce untuk menyediakan pilihan pembayaran “Buy Now Pay Later”.
Tujuan dari jenis kredit ini kebanyakan untuk sektor konsumtif contohnya pembelian kebutuhan fashion, kebutuhan harian, dan banyak lainnya.
Ridho, 21, untuk pertama kalinya menggunakan paylater adalah sekitar dua tahun yang lalu saat masih berstatus mahasiswa dan belum memiliki penghasilan.
Karena Prosesnya yang cukup mudah, hanya cukup dengan mengisi data di aplikasi yang di inginkan kemudian akan disetujui dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
“Saya kepengen belanja tanpa ketahuan orang tua, nggak usah repot minta bapak/ibu dan bisa lebih leluasa,” kata ridho yang akhirnya meminta uang pada orang tuanya untuk melunasi tagihan paylater.
Pada Saat ini, ridho mendaftar menggunakan paylater dari dua aplikasi. Salah satunya dari layanan e-commerce, yang biasa dia gunakan untuk membeli hal-hal yang berhubungan dengan hobinya.
“Saya sukauntuk mengoleksi sepatu dan action Figure, jadi Saya membayar menggunakan paylater. Saya hitung – hitung per bulan kira-kira bayar berapa biar di akhir bulan nanti gak kaget,” ujarnya.
pada suatu waktu, dia mengatakan “kebablasan” hingga tagihan paylater miliknya mencapai 4 juta rupiah.
Pada saat itu, dia dibantu kembali oleh ayah-nya untuk melunasi tagihan tersebut.
“Saat menggunakan paylater, yang pikirku itu bayarnya kecil-kecil,” itu sering kali membuat kita berfikir kalau masalah itu bisa dipikirkan nanti aja.”
Tidak dapat melakukan kredit akibat banyaknya tunggakan paylater yang belum di bayar
Riko, (Nama Samaran ), pertama kali menggunakan paylater kurang lebih dua tahun lalu untuk membeli sebuah laptop.
Dia tergiur untuk mendaftar paylater dikarenakan mendapat penawaran dari aplikasi jasa e-commerce untuk menggunakan fitur tersebut.
Hanya bermodalkan identitas diri dan persetujuan pengguna saja, dalam 24 jam berikutnya, Riko sudah bisa mengakses layanan paylater.
“Saya ditawarin cicilan bunga 0% waktu itu, pengen beli Laptop yang harga tujuh jutaan bayarnya bisa bertahap di cicil selama tiga,enam, atau dua belas bulan, jadi ya akan lebih gampang dibanding harus nabung selama setahun dulu baru bisa kebeli Laptop-nya,” kata Riko.
Riko mengakui bahwa dia “kebablasan” saat menggunakan aplikasi paylater hingga jumlah tagihannya mencapai hampir beberapa kali dari gaji bulanannya. Cicilan yang harus dibayarkan juga terus menumpuk dari beberapa platform, ditambah dengan bunga dan denda karena keterlambatan pembayaran.
“Sampai sekarang, untuk bayar cicilan aja sudah ngabisin lebih dari setengah gaji saya, masih juga belum buat untuk kebutuhan sehari-hari dan waktu itu saya juga mau nikah,” kenang Riko.
“Pada Akhirnya barang saya jual untuk menutupi cicilan. Aset-aset saya jual, sampai HPpun saya gadai, ngirit ongkos sama hemat makan juga,” ujarnya.
Namun, untuk keluar dari jerat hutang aplikasi paylater tidaklah mudah.
Hingga saat ini, Riko masih belum terbebas dari cicilan tersebut. Dia masih belum mebayarkan tagihan dari beberapa platform dalam rentang waktu beberapa tahun ini. Riko bahkan masih sangat bergantung dengan dana pinjaman untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya.
Sebagai akibatnya, Riko tidak dapat mengajukan cicilan rumah karena riwayat kreditnya yang buruk.

Semakin banyak yang tidak dapat membayar tagihan kredit
Menurut Indef, berbagai kasus kredit macet semakin banyak terjadi dikarenakan pengguna masih berusia di bawah 19 tahun dan masih belum memiliki penghasilan.
“Pinjaman yang mandek rata-rata berkisar dua hingga tiga jutaan perorang, ini merupakai angka tertinggi dibanding dengan yang usianya lebih tua atau sudah memiliki penghasilan tetap,” ujar Nailul.
generasi muda, sebagai generasi yang sangat mudah beradaptasi terhadap teknologi, disebutkan Nailul cenderung untuk memilih menggunakan fasilitas pinjaman melalui platform online seperti paylater atau aplikasi online lainnya dibanding kredit atau pinjaman dari perbankan.
dengan Proses serta pengajuan persyaratan yang sangat mudah, membuat banyak orang sangat mudah untuk lolos dari penyortiran walaupun belum memiliki profil keuangan yang layak.
“Ada juga beberapa layanan Finance yang menyediakan kredit, tetapi persetujuannya perlu untuk survei ke rumah dulu. Yang sekarang gak perlu begitu lagi,” jelas Nailul.
histori transaksinya akan dicek dan dilihat dulu untuk e-commerce. ini akan dijadikan sebagai landasan sebagai skor kredit. walau saja kemungkinan itu dibayarkan oleh orang tuanya.
“Seperti platform yang lain, melalui riwayat transaksi yang cukup, seperti sering shoping item mewah, sering pergi traveling, dan lainnya menjadikan hal ini landasan untuk calon peminjam, karena diperkirakan memiliki pendapatan yang lumayan bagus.
Nailul juga salah satu orang yang menyetujui kalau siapa saja mempunyai HAK untuk bisa mengakses pada kredit, Tapi dia juga mengatakan kemampuan untuk penggunanya yang bisa membayar harus bisa lebih akurat.
“Ada baiknya ada persetujuan terlebih dahulu dari Wali atau orang tuanyakarena peminjam masih tidak memiliki penghasilan tetap. dan apabila disetujui sebaiknya tidak diberikan limit pinjaman yang tinggi,” kata dia.
Overall OJK sudah menyatakan kalau kredit yang sering macet di paylater mencapai 7,61% pada bulan September 2022.
Walaupun begitu, Kepala Departemen Bambang W Budiawan dari Pengawasan Industri Keuangan OJK, ,juga bilang kalau bisnis BNPL ini tidak perlu regulasi khusus.
Apa yang terpenting adalah dalam memberikan persetujuan, para penyedia layanan BNPL diminta agar lebih berhati-hati lagi ditahap pre-screening, dan memilih segmen pengguna, serta juga profil risiko kredit.
Promosi yang sangat ‘menggiurkan’
Salah satu yang menarik bagi yang menggunakan aplikasi paylater atau BNPL, terutama aplikasi e-commerce, adalah promosi yang sangat “menggiurkan”.
Bahkan walau sudah menunggak banyak cicilan, Riko menunjukkan bahwa dia masih menerima iklan yang menawarkan dana tambahan akhir tahun dan juga diskon hingga 40% untuk pembelian ponsel jika membayar menggunakan pembayaran paylater.
Penawaran diskon sampai cashback yang menarik bagi Sasha, 29, untuk membayar menggunakan layanan aplikasi paylater disalah satu e-commerce.
Tetapi, Sasha masih bisa untuk mengukur batas atas kemampuan finansialnya sendiri untuk memanfaatkan fitur tersebut, sehingga dia tidak akan pernah terjerat oleh Paylater.
“Soalnya sudah takar, setiap bulan maksimalnya cuma tujuh ratus ribu aja,” ujar Sasha.
Sasha mengakui bia dia tidak pernah menghitung dengan rinci berapa besar bunga yang harus dibayarkan.
“Tapi saya mengukur dengan kira-kira saja, bulan depan kira-kira bisa gak ya bayar segini,” tutur Sasha.
Baginya, fitur paylater sebenarnya cukup bermanfaat karena dapat mengatur alur pengeluarannya.
“Tergantung bagaimana kita menggunakannya dan tahu berapa batas kemampuan kita untuk dapat membayar cicilan,” tutur Sasha.
Persoalan literasi keuangan di masyarakat Indonesia sudah mencapai angka 49,68% berdasarkan dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dilakukan oleh OJK.
Masih sangat banyak masyarakat yang masih belum bisa mengelola keuangan dan kredit mereka sendiri, sehingga menjadikan fitur-fitur seperti paylater menjadi jebakan daripada bermanfaat, ujar Nailul Huda.
“Dikarenakan pengetahuan yang sangat mendalam akan pinjaman berbunga rendah, dan juga resiko yang tidak diketahui secara mendetail,” jelas Nailul.
Pada saat yang sama iklan yang menggiurkan yang diberikan oleh penyedia layanan juga “tidak sebanding” dengan edukasi akan resikonya.
“Perusahaan juga harunya bisa bersikap adil memberi tahukan resikonya, dan dari calon peminjam juga harus ngerti kalau bunganya bakal lebih besar dibandingkan dengan kredit dari per-bankan,” kata Nailul.
“Tapi kita juga gak bisa berharap lebih kepada perusahaan, karena pasti bakalan lebih ngutamain manfaatnya dari resiko,” jelas Nailul.
Yang perlu dipertimbangkan sebelum mengajukan pinjaman paylater?
Dengan semua kemudahan yang diberikan untuk mengajukan pinjaman paylater, Nailul mengingatkan kepada semua masyarakat, khususnya para anak muda, untuk benar-benar dipertimbangkan kembali tujuan dari penggunaannya.
para pengguna aplikasi Pay later juga harus dapat untuk mengukur kemampuan finansial diri sendiri dan harus bisa memastikan cicilan hutang tidak lebih dari 30% dari penghasilan.
“Jangan sampai hutangnya lebih besar dari penghasilan. nanti untuk biaya hidupnya gimana?” kata dia.
jangan lupa semua resiko lain yang juga amengintai. karena nanti anda akan mengalami kesulitan ketika melalui proses BI checking.
Belum pula resiko yang harus dihadapi seperti teror dari si penagih hutang, entah dari telepon atau bahkan didatangi langsung.